Sabtu, 24 Maret 2012

Mandiri atau KBIH???

asking information
Saat kami mendaftar haji pada tahun 2008, kami sudah diberitahu bahwa perkiraan keberangkatan adalah tahun 2011.  Saat itu belum terpikir sama sekali tentang apakah akan mengikuti saja rombongan dari kementerian agama atau bergabung dengan KBIH.  Sampai tiba musim haji 2010 dan beberapa teman mulai membicarakan tentang hal tersebut.  Setelah menanyakan pengalaman beberapa teman dan pengalaman suami yang sudah pernah berangkat haji sebelumnya, maka kami mengambil keputusan untuk bergabung dengan satu KBIH.


Berikut beberapa alasan kami saat itu untuk bergabung adalah:   
1.  mengharapkan frekuensi pertemuan manasik haji yang lebih sering sehingga diharapkan akan lebih detail pemahaman yang kami terima sebagai bekal ilmu sebelum melakukan ibadah  
Meski ada manasik yang diadakan oleh kemenag secara klasikal, juga ada manasik yang dikoordinasi dengan KUA masing-masing kecamatan, serta manasik dari kemenag untuk seluruh kloter se-propinsi, namun kami merasa pilihan untuk bergabung dengan KBIH adalah pilihan yang cocok bagi kami.  KBIH yang kami ikuti menjadwalkan sekitar 10 kali pertemuan klasikal, ditambah 10 kali pertemuan per rombongan, masih ada pertemuan lain yang kami koordinasikan sendiri dalam rombongan atau regu.  Kerapnya bertemu dengan rekan serombongan, berdampak pada makin lekatnya hubungan diantara kami.  Sehingga saat di tanah suci relatif sudah bisa saling memahami.  Alhamdulillah.
2.  Ada orang yang bisa dijadikan tempat bertanya baik menyangkut urusan ibadah maupun kehidupan sehari-hari selama di tanah suci.
Menyadari segala keterbatasan yang kami milikiki dalam ilmu agama, rasanya akan lebih mantap bila ada orang yang 'lebih tahu' dan 'care' terhadap permasalahan kami.  Alhamdulillah, pak Ustad Wajdi yang menjadi karom kami bisa menjadi tempat bertanya dan guide yang baik selama kami melaksanakan ibadah haji.  Beliau bisa berbahasa Arab dan jika ada pertanyaan yang kurang beliau pahami, biasanya ditanyakan lagi ke pimpinan KBIH kami yang menjadi karom di rombongan lain. (note: karom atau ketua rombongan hanya membawahi 4 regu yang masing-masing regu beranggotakan 10-13 orang.  Saat itu kloter kami terdiri atas 9 rombongan dengan 4 rombongan berasal dari KBIH kami).

Saat memilih KBIH, kami juga memperhatikan hal-hal berikut:
1.  kredibilitas KBIH dan para ustad yang bertugas sebagai pembimbing
2.  pengalaman dari jamaah haji sebelumnya yang pernah bergabung  KBIH tersebut

Tanpa bermaksud menjelek2kan KBIH lainnya, kami merasa sudah tepat pilihan kami untuk bergabung di KBIH tersebut.  Kami merasa cukup diperhatikan dan dibimbing.  Kami juga menyaksikan sendiri bagaimana para ustadz berusaha membangun rasa kebersamaan dan kepedulian dengan sesama.  Salah satu kejadian yang sangat membekas, adalah saat melempar Jumrah hari terakhir (crita lengkap ada di Jamarat 14 km??...Subhanallah).  Jarak dari hotel ke Jamarat pp lebih kurang 2 km, saat itu kami diminta untuk secara bergantian mendorong kursi roda yang sudah disiapkan.  Cuaca panas dan akumulasi rasa lelah setelah berjalan jauh beberapa hari tidak menyurutkan semangat jamaah untuk bahu menbahu mendorong kursi roda.   Begitu juga saat melakukan Thawaf baik Thawaf qudum, ifadah, dan wada'...para jamaah saling bantu atau tepatnya 'berebut' ingin nambah pahala bantu mendorongkan kursi roda.  Teladan-teladan seperti itu benar-benar mendorong kami semua untuk lebih care dengan orang lain baik yang satu rombongan maupun tidak. Subhanallah...semoga sikap seperti ini bisa terus tertanam dalam keseharian kami semua. amin,

........................................................



1 komentar:

  1. tulisannya bagus, bisa di share di ruharamain.net tempat kita berbagi pengalaman haji umrah, tips n merekomendasikan hal baik

    BalasHapus